Kamis, 02 Juli 2009

Sabtu, 13 Juni 2009

DIUMUMKAN KEPADA PESERTA KULIAH DASAR KOPMPUTER BEBERAPA HAL SBB.:
1. MAHASISWA BEBAS UJIAN AKHIR, SHOFIK SAMPURNA, Irmawan Aditya A.P (sampai 13 Juni 2009) .
2. TUGAS PEMBUATAN BLOG DAN MAKALAH DIMASUKKAN PALING AKHIR 25 JUNI
2009. NAMA MAHASISWA YANG BEBAS UJIAN AKAN DIUMUMKAN SECARA
BERKALA.
3. BAGI MAHASISWA YANG TERKENA PRESENSI (<80%>
MEMBUAT TULISAN (KENAPA PRESENSI KURANG) DAN DIMASUKKAN KE BLOG
BERSAMA TUGAS UJIAN. (Baru satu orang)
4. PEMBERITAHUAN NAMA BLOG HARAP DIKIRIM KE E-MAIL: m_nur_ihsan@yahoo.com
atau ihsan.mohnur@gmail.com
5. SEMUA MAHASISWA HARUS HADIR WAKTU UJIAN AKHIR SEMESTER 2 JULI 2009
UNTUK MENGISI ABSENSI DAN YANG TIDAK HADIR DIANGGAP TIDAK IKUT UJIAN.
6. HARAP DIPERHATIKAN.



MALANG, 13 JUNI 2009


PENGASUH

Selasa, 20 Januari 2009

FENOMENA GERHANA

Tanggal 26 Januari 2009 akan terjadi fenomena alam biasa yakni Gerhana Mahari Cincin (GMC). Marilah kita laksanakan sholat sunat Gerhana sesuai dengan anjuran Rasulullah S.A.W. Bila terjadi fenomena ini kita dilarang percaya bahwa Terjadinya Gerhana Matahari dan Bulan Karena Kematian Atau Kelahiran Seseorang.

Dari 'Abdullah bin 'Umar r.a. dari Rasulullah saw, bahwa beliau bersabda, "Sesungguhnya matahari dan bulan tidaklah gerhana karena kematian atau kelahiran seseorang, akan tetapi keduanya adalah sebagian dari tanda-tanda kebesaran Allah. Jika kalian melihatnya, maka kerjakanlah shalat (gerhana)," (HR Bukhari [1042 dan 3201] dan Muslim [914]).

Dari 'Abdullah bin 'Abbas r.a, ia berkata, "Rasulullah saw. bersabda, 'Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua dari banyak sekali tanda-tanda kebesaran Allah, tidaklah keduanya gerhana karena kematian dan kelahiran seseorang. Jika kalian melihat gerhana, maka berdzikirlah mengingat Allah'," (HR Bukhari [1052] dan Muslim [907]).

Dari 'Aisyah r.a. bahwa Rasulullah saw. berkhutbah di hadapan manusia dan berkata dalam khutbah beliau tentang gerhana matahari dan gerhana bulan, "Sesungguhnya keduanya merupakan dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, tidaklah gerhana itu terjadi karena kematian atau kelahiran seseorang. Jika kalian melihat gerhana, maka segeralah mengerjakan shalat (yakni shalat gerhana)," (HR Bukhari [3203] dan Muslim [901]).

Dari Abu Mas'ud r.a. dari Rasulullah saw. beliau bersabda, "Gerhana matahari dan bulan tidaklah karena kematian atau kelahiran seseorang, akan tetapi keduanya merupakan dua dari sekian banyak tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Jika kalian melihatnya, maka shalatlah," (HR Bukhari [3203] dan Muslim [911]).

Dari Abu Musa r.a, ia berkata, "Telah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah saw, beliau bergegas bangkit karena khawatir terjadi hari Kiamat. Beliau mendatangi masjid dan mengerjakan shalat dengan memanjangkan sepanjang-panjangnya qiyam, ruku' dan sujud. Belum pernah aku melihat beliau melakukan shalat seperti itu sebelumnya. Kemudian beliau bersabda, 'Sesungguhnya tanda-tanda kebesaran Allah yang Dia perlihatkan itu tidak terjadi karena kematian atau kelahiran seseorang. Akan tetapi Allah memperlihatkannya untuk menakut-nakuti hamba-Nya. Jika kalian melihat sesuatu daripadanya, maka bersegeralah mengingat-Nya dan berdo'a serta meminta ampun kepada-Nya'," (HR Muslim [912]).

Dari al-Mughirah bin Syu'bah r.a, ia berkata, "Telah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah saw. bertepatan pada hari wafatnya Ibrahim putera Rasulullah. Rasulullah saw. bersabda, 'Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua di antara tanda-tanda ke-besaran Allah. Tidaklah gerhana terjadi karena kematian dan kelahiran seseorang. Jika kalian melihatnya, maka berdo'alah kepada Allah dan shalatlah hingga gerhana itu selesai'," (HR Bukhari [1043] dan Muslim [915]).

Dari Abu Bakrah r.a, ia berkata, "Telah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah, beliau bergegas keluar sembari menyeret selendangnya hingga sampai di masjid. Orang-orang berdatangan mengikuti beliau lalu beliau shalat mengimami mereka dua rakaat hingga gerhana selesai. Kemudian beliau berkata, 'Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua di antara sekian banyak tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya tidaklah gerhana karena kematian seseorang. Jika terjadi gerhana, maka kerjakanlah shalat dan berdo'alah hingga gerhana selesai.' Hal itu beliau ucapkan karena putera beliau bernama Ibrahim baru saja wafat. Orang-orang mengatakan gerhana terjadi karena kematiannya," (HR Bukhari [1063]).

Dari 'Abdullah bin 'Amr r.a. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua di antara tanda-tanda kebesaran Allah. Jika keduanya mengalami gerhana, maka bersegeralah mengingat Allah," (Shahih, HR Abu Dawud [1194], Ibnu Khuzaimah [1389, 1392 dan 1393], Ahmad [II/159], al-Hakim [I/329], Ibnu Hibban [2838]).

Dari Jabir r.a, ia berkata, "Rasulullah saw. bersabda, 'Wahai sekalian manusia, sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua dari sekian banyak tanda-tanda kebesaran Allah, keduanya tidaklah gerhana karena kematian seseorang. Jika kalian melihat sesuatu darinya, maka laksanakanlah shalat (yakni shalat sunnat gerhana) sampai gerhana ituselesai'," (HR Muslim [904]).

Kandungan Bab:

Dahulu orang-orang Arab Jahiliyyah meyakini bahwasanya gerhana matahari atau gerhana bulan atau jatuhnya bintang dari gugusannya itu terjadi karena kematian seorang pembesar di muka bumi. Ini merupakan dusta dan kebohongan terhadap Allah SWT.
Bertepatan terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah saw. dengan wafatnya putera beliau bernama Ibrahim. Orang-orang menyangka bahwa gerhana itu terjadi karena wafatnya Ibrahim. Maka Rasulullah saw. bangkit men-jelaskan aqidah yang benar berkaitan dengan fenomena alam ini.

Bahwasanya matahari adalah salah satu tanda dari banyak sekali tanda-tanda kebesaran Allah yang diperlihatkan kepada para hamba supaya mereka takut. Bahwasanya gerhana itu tidaklah terjadi karena kematian atau kelahiran seseorang.

Jika orang-orang melihat sesuatu dari fenomena alam tersebut (yakni gerhana matahari atau gerhana bulan), maka mereka harus bersegera ke masjid untuk mengerjakan shalat Gerhana, berdzikir mengingat Allah, beristighfar, mengerjakan amal shalih seperti membebaskan budak, bershadaqah dan lain-lainnya hingga gerhana selesai.



Ringkasan Tata Cara Shalat Gerhana

- Hukum Shalat Gerhana
Hukumnya adalah sunnah muakkadah menurut kesepakatan ulama, berdasarkan dalil sunnah yang tsabit dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

- Waktu Shalat Gerhana
Yaitu sejak dimulainya gerhana sampai berakhirnya. Dalilnya adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Maka apabila engkau melihatnya -yaitu gerhana tersebut- maka shalatlah” (Muttafaqun alaihi)

Tidak disyariatkan shalat gerhana setelah gerhana itu selesai. Jika gerhana berakhir sebelum dia sempat shalat maka tidaklah disyariatkan shalat baginya.

- Sifat Shalat Gerhana
1. Dia shalat dua rakaat dengan mengeraskan bacaan -menurut pendapat ulama yang benar-
2. Dia membaca surat Al-fatihah dan surat yang panjang seperti surat Al-Baqarah atau yang seukuran
3. Lalu dia ruku’ dengan ruku’ yang panjang.
4. Setelah itu dia mengangkat kepalanya dari ruku dan membaca
“Sami’ Allahu liman hamidah rabbana lakal hamdu”
5. Lalu dia kembali membaca Al-Fatihah dan surat panjang yang lebih pendek dari surat pertama, seukuran Ali Imran.
6. Kemudian dia ruku’ dengan waktu ruku’ lebih pendek dari waktu ruku’ pertama.
7. Setelah itu dia angkat kepalanya dari ruku’ dan membaca, “Sami’ Allahu liman hamidah rabbana lakal hamdu, hamdan katsiran thayyiban mubarakan fiihi, mil’as samaai wa mil’al ardhi. Wa mil’a ma syi’ta min syai’in ba’du”
8. Lalu dia sujud dengan dua sujud yang panjang
9. Dia tidak panjangkan duduk di antara dua sujudnya
10. Kemudian dia kerjakan rakaat kedua seperti rakaat pertama dengan dua ruku dan dua sujud yang panjang.
11. Lalu dia bertasyahud, dan
12. Salam

Ini adalah sifat salat gerhana sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebagaimana yang diriwayatkan dari banyak jalan, di antaranya dari dua shahih (Shahih Al-Bukhari dan Muslim, lihat Al-Bukhari no. 1046, dan Muslim 2088)

- Disunnahkan untuk melaksanakannya secara berjamaah sebagaimana yang dilakukan rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Boleh pula dilaksanakan sendiri sebagaimana shalat sunnah lainnya, namun melakukannya secara berjamaah lebih afdhal.

- Disunnahkan pula untuk memberikan nasehat kepada jama’ah setelah shalat, memperingatkan mereka dari berbagai kelalaian dan memerintahkan mereka untuk memperbanyak doa dan istighfar.

- Apabila gerhana masih berlangsung setelah shalat selesai, maka hendaklah berdzikir kepada Allah dan berdoa sampai gerhana berakhir, dan tidak mengulang shalat. (Dan dalam hadits diperintahkan pula untuk bershadaqah -wr1).

- Apabila gerhana selesai dan dia masih shalat hendaknya dia sempurnakan shalatnya dengan khafifah (dipercepat), tidak berhenti shalat begitu saja.

Demikianlah beberapa point yang bias diperoleh dari pembahasan Syaikh Shalih bin Fauzan, Semoga bias bermanfaat.

Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar'iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi'i, 2006), hlm. 2/537-540.

Minggu, 18 Januari 2009